ErakiniNews | Lombok Utara – sudah sepuluh hari Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi, anggota Bidpropam Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Kamis, 17 April di Gili Trawangan, menyisakan tanda tanya besar bagi keluarga dan masyarakat.
Hingga saat ini, pihak Polda NTB belum memberikan keterangan resmi terkait penyebab kematian almarhum. Sikap diam tersebut memicu berbagai spekulasi, khususnya dari pihak keluarga yang merasa ada kejanggalan dalam penanganan kasus ini.
Salah satu anggota keluarga menyampaikan ketidakpuasan dan kecurigaan mereka terhadap kondisi jenazah Brigadir Nurhadi. “Kalau memang meninggal karena tenggelam, tidak mungkin wajahnya luka memar, lehernya lebam, dan kakinya penuh luka seperti diseret,” ujar salah satu kerabat almarhum.
Lebih lanjut, keluarga juga mengkritisi proses penanganan jenazah yang dinilai terlalu cepat dan tidak transparan. Mereka menyebut jenazah langsung dibungkus dan diproses dengan tergesa-gesa, tanpa ada penjelasan resmi dari pimpinan kepolisian kepada pihak keluarga.
“Kami sekeluarga masih tidak percaya dan belum bisa menerima. Perlakuan terhadap jenazahnya seperti ada sesuatu yang disembunyikan,” tambahnya.
Tak hanya itu, keluarga menuntut agar pihak berwenang memeriksa secara menyeluruh siapa saja teman atau rekan almarhum yang ikut berada di Gili Trawangan pada saat kejadian. Mereka berharap keterangan para saksi akan membuka titik terang kronologi wafatnya Brigadir Nurhadi.
Kematian Brigadir Muhammad Nurhadi kini menjadi sorotan publik. Statusnya sebagai anggota kepolisian dan lokasi kejadian di Gili Trawangan – salah satu destinasi wisata ternama di Indonesia – membuat kasus ini semakin menarik perhatian masyarakat luas.
Sampai berita ini diturunkan, Polda NTB belum memberikan pernyataan resmi atau klarifikasi terkait insiden ini. Keluarga almarhum mendesak agar kematian Brigadir Nurhadi diusut secara tuntas dan transparan.
E_01
0 Komentar