ErakiniNews | Lombok Barat, 1 Agustus 2024 - Pertanian dan peternakan nasional menjadi kunci terpenting dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia.
Berbagai isu krisis pangan nasional terus bermunculan dan sangat kompleks, menyebabkan dampak negatif yang multifaktor dan multisektor kehidupan masyarakat.
Petani Peternak menjadi pahlawan yang sangat berjasa dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Berbagai upaya telah dilakukan berbagai pihak dalam meningkatkan ketahanan pangan di daerah.
Salah satunya adalah sumbangan ide dan transfer keilmuan dari hasil penelitian dan pengabdian pada perguruan tinggi terkait subsektor peternakan dan pertanian sebagai upaya peningkatan produktivitas ternak dan tanaman, serta mendorong peningkatan perekonomian petani peternak.
Sejalan dengan hal tersebut, Fakultas Peternakan Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram berkolaborasi dengan Fakultas Pertanian Universitas Mataram (UNRAM) menggelar Sosialisasi Pemanfaatan Pestisida dari Bioslurry Limbah Gas Kotoran Sapi Berbasis Bacillus subtilis sebagai Pengendali Penyakit pada Jagung dan Kedelai di Desa Batu Kuta Lombok Barat.
Kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 40 orang peserta ini, terdiri dari petani peternak produktif, petani milenial, perwakilan pihak desa, dan PPL Desa Batu Kuta bertempat di Aula Koperasi Tani Wiresinge pada Kamis (1/8/24).
Kegiatan yang bertempat di Aula Koperasi Tani Wiresinge ini diawali dengan sambutan Kepala Desa Batu Kuta, Edi Anshori, SE.
Dalam sambutannya, Kades Batu Kuta terpilih sejak 2021 lalu ini, mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih karena UNW Mataram selalu menyelenggarakan kegiatan edukasi dan pengabdian kepada masyarakat Desa Batu Kuta yang berkelanjutan.
"Kegiatan ini insyaallah sangat bermanfaat dan kami senang sekali bisa mendapatkan ilmu untuk mempelajari tentang biogas, dan limbahnya juga pemanfaatan bioslurry menjadi pestisida."Kegiatan ini berkaitan dengan program desa yang saat ini memang kami sedang memfokuskan pada tanaman pangan, terlebih lagi sudah terbentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) di desa kami", tutur Edi Anshori.
Edi juga berharap hasil kegiatan ini terus mendapatkan pendampingan dan pembimbingan dari Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).
Fakultas Peternakan UNW Mataram telah membangun 3 buah instalasi biogas di 3 titik lokasi pada tahun 2021.
Kondisi biogas tersebut hingga saat ini masih aktif dan masih dimanfaatkan masyarakat.
Pemanfaatan biogas hasil PKM ini tidak hanya sampai disini saja, tetapi di tahun 2024 ini, Fakultas Peternakan UNW Mataram kembali menyelenggarakan PKM terkait limbah biogas.
Tim PKM UNW Mataram sebanyak 15 orang terdiri dari 11 orang tim dosen yang diketuai oleh Dr. Abyadul Fitriyah, S.Pt., MP., Ria Harmayani, S.Pt., M.Si., Alimuddin, S.Pt., M.Si, Yuni Mariani S.ST., M.P., Ni Made Andry Kartika, S.Pt., M.Si., Nefi Andriana Fajri, S.Pt., M.Si, Hari Permadi, S.Pt., M.Si., Sahrul Gunadi, S.Pt., M.Si., Galang Damar Pamenang, S.Pi., M.Si., Ishmah Humaidatul Aminah Zaim A., M.Si. dan Aisah Jamili, M.Si.
Sedangkan Tim mahasiswa terdiri dari 5 orang yaitu Zaitun Syarmatul Qur'an, Dina Mardiana, Ahlul nazar, Asnadi, dan Lalu Reza iswandi.
Yang berbeda pada PKM kali ini adalah Tim PKM UNW Mataram menggandeng Ir. Hery Haryanto, M.Si., dosen dari Fakultas Pertanian UNRAM.
Pemanfaatan bioslurry sebagai pestisida dirasakan penting bagi masyarakat Batu Kuta untuk mengurangi penggunaan pestida kimia.
Meskipun bioslurry disebut ampas, tetapi bioslurry kaya nutrisi yang bermanfaat dan aman bagi tanah dan tanaman.
Selain itu untuk mendapatkan bioslurry tidak perlu mengeluarkan biaya, karena keluar dari outlet instalasi biogas, sehingga dapat diperoleh cukup dengan mengaktifkan dan mengoperasikan instalasi biogas yang ada.
Dr. Abyadul Fitriyah, MP., selaku Ketua Tim PKM, mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Tani Ternak (KTT) Wiresinge yang selalu antusias dalam berbagai kegiatan.
"Sejak beberapa tahun yang lalu, kami sudah bermitra dengan program biogas yang sudah berjalan yaitu pembuatan biogas kotoran sapi, kompos dan pakan amofer yang sudah dirasakan manfaatnya oleh petani peternak", jelas Dr. Abyadul Fitriyah, MP.
Mewakili tim PKM, Dr. Abyadul Fitriyah juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Ditjen Kemendikbud Ristek) yang telah mendanai kegiatan program Pengabdian kepada Masyarakat skema Kemitraan Masyarakat tahun 2024 ini.
Sosialisasi akan dilanjutkan dengan agenda kegiatan berikutnya yaitu produksi biopestida dalam jumlah lebih banyak, melakukan pengujian laboratorium terhadap pestisida nabati yang dibuat dan dapat memenuhi kebutuhan pestisida nabati di masyarakat, sehingga nantinya bisa digunakan sendiri bahkan bisa dijual untuk memberikan pendapatan tambahan bagi petani peternak.
Dekan Fakultas Peternakan, Alimuddin, M.Si., dalam penyampaian materinya menjelaskan peranan Bacillus subtilis dan penambahan daun sirsak dalam pembuatan biopestida ini.
"Mikroba Bacillus subtilis mengandung rhizobakteri yang menjadi pemacu pertumbuhan tanaman. Sedangkan daun sirsak mengandung Acetogenin yang bermanfaat sebagai insektisida nabati yang ramah lingkungan", papar Alimuddin, M.Si.
Ditambahkan pula oleh Ir. Hery Haryanto, M.Si. mengenai kandungan daun sirsak sebagai bahan tambahan dalam formula membuat pestisida ini.
"Daun sirsak memiliki kandungan squamosin, asimisin, dan tannin yang dapat berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan dan perkembangan hama, sebagai antifeedant sehingga mampu menghalangi hama untuk memakan tanaman inangnya", jelas Ir. Hery Haryanto, M.Si.
Materi lainnya terkait dengan penyakit yang biasa menyerang tanaman dan hama penyebabnya yang disampaikan oleh Aisah Jamili, M.Si.
Sesi diskusi berlangsung alot dan terlihat beberapa petani milineal sangat aktif bertanya terkait berbagai permasalahan mengenai tanaman, hama pengganggu dan penggunaan pestisida kimia dan dampaknya di Batu Kuta.
Izzul Izmi, Ketua Petani Milenial Desa Batu Kuta merasa sangat senang ikut serta dalam kegiatan ini karena sesuai dengan kebutuhan masyarakat Desa Batu Kuta, dapat meningkatkan pengetahuan dan teknologi pertanian, khususnya biopestisida untuk tanaman.
Kegiatan sosialisasi ditutup dengan praktek pembuatan biopestida dari bioslurry limbah gas kotoran sapi berbasis Bacillus subtilis.
Kegiatan sejenis perlu terus digaungkan sebagai upaya mencerdaskan petani peternak dalam peningkatan produktivitas tanaman dan dapat mendorong peningkatan perekonomiannya, serta terjaminnya ketahanan pangan di NTB.
(Ria)
0 Komentar