Beruga' Alam School |
Berbagai bimbingan belajar, kursus dan pelatihan bahasa inggris baik formal dan nonformalpun sudah menjamur.
Namun, kegiatan belajar di berbagai kursus dan pelatihan tersebut terkesan kaku dan terbatas hanya di dalam ruangan dan proses belajar yang seringkali membosankan para peserta didiknya sehingga perlu adanya inovasi cara belajar bahasa inggris yang asyik dan menyenangkan.
Di Dusun Mekar Sari Desa Jurit Baru Kecamatan Pringgasela Lombok Timur NTB saat ini, terdapat Beruga' Alam School digagas oleh Marham Jupri Hadi, M.Ed., salah satu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram.
Kegiatan belajarnya memiliki metode asyik dan menyenangkan karena menggabungkan kegiatan berwisata, belajar, dan berbagi.
Setiap akhir pekan para peserta dilibatkan dalam kegiatan eduwisata yang dirangkaikan dengan kegiatan sosial.
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (13/7/24) yaitu kunjungan wisata pendidikan (WIKAN) ke Desa Wisata Tetebatu di Kecamatan Sikur, Lombok Timur.
Tujuannya untuk mengenalkan para peserta didik mengenai kearifan lokal yang masih dipertahankan di desa tersebut.
Melalui kegiatan ini juga, para peserta didik diharapkan dapat healing setelah lima hari berjibaku dengan tugas membuat ilustrasi tentang cerita anak.
Kegiatan WIKAN yang rutin diikuti oleh lebih dari 30 orang peserta didik ini berasal dari SMKN 1 Sikur, SMK Almajidiyah NW Kesik, Komunitas UAC Creative Studio, SMAN 1 Sikur, Sekolah Alam Tetebatu, Mahasiswa Universitas Nahdlatul Wathan Mataram, dan Sekolah Literasi Rinjani.
Penyelenggaraan WIKAN juga merupakan bagian dari pengenalan pembelajaran berbasis wisata pendidikan yang didukung oleh DRTPM Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Terdapat lima titik wisata yang dikunjungi oleh para peserta WIKAN.
Titik awal kunjungan adalah sekretariat Lembaga Pendidikan Sosial dan Budaya (LPSB) Nurul Azhar di Dusun Presak Desa Tetebatu.
Lembaga ini adalah pengelola dari beberapa kegiatan kemasyarakatan seperti Bale Kemaliq (Adat) Kopong, PAUD Asmarandana, Kelompok Wanita Tani, Taman Bacaan Masyarakat Pancor Nyeboq serta Madrasah Diniyah.
Selain sebagai tempat titik berkumpul di lembaga ini menyediakan tempat untuk berdiskusi bagi para wisatawan pelajar.
Para peserta WIKAN memanfaatkan tempat tersebut untuk briefing sebelum melakukan perjalanan ke berbagai titik wisata tujuan yang sudah diagendakan.
Titik wisata kedua yaitu Bale Kemaliq Kopong yang berada di Dusun Tetebatu Lingsar.
Di tempat ini peserta WIKAN disambut oleh Papuq Sukir, yang merupakan tokoh adat Tetebatu sekaligus sebagai pendiri dari LPSB Nurul Azhar.
Karena jumlah peserta yang banyak, maka hanya sebagian yang bisa ikut duduk di Beruga' Bale Kemaliq untuk mendengarkan nasehat dari beliau, terutama tentang adat suku Sasak yang ada di Pulau Lombok.
Penjelasan dari Papuq Sukir mendapatkan perhatian luar biasa dari para peserta WIKAN, terutama oleh para Guru pendamping.
Salah satu penjelasannya terkait tentang pentingnya bagi setiap orang untuk mempelajari hukum agama dan hukum adat yang berlaku di pulau Lombok.
Beliau menekankan pentingnya memperkokoh agama dan memperkuat adat maupun sebaliknya.
Menurutnya, kedua hukum tersebut duduk berdampingan, bukan bertanding dan harus saling melengkapi satu sama lain.
Seluruh peserta WIKAN diingatkan untuk tidak keluar jalur dari kedua peraturan hidup tersebut.
Misalnya, remaja putra tidak boleh menggunakan kalung atau menggunakan anting-anting, karena itu merupakan perhiasan bagi perempuan.
Selain itu, dijelaskan pula apabila pelanggaran tersebut dilakukan, maka akan diberikan sanksi adat.
Dalam pandangan agamapun, hal tersebut sangat dilarang.
Setelah belajar di Bale Kemaliq, perjalanan dilanjutkan ke mata air Lingsar yang berjarak sekitar 250 meter.
Mata Air Lingsar adalah tempat yang sakral bagi masyarakat Desa Tetebatu.
Di tempat ini dilaksanakan berbagai ritual adat dalam rangka pelaksanaan tradisi Bubur Puteq, Bubur Abang, Maulid Adat, Roros Reban, maupun tradisi Ngangsor Gegadang.
Para peserta WIKAN diarahkan untuk berwudhu atau sekedar "bejarup" (bahasa Sasak), yang artinya mencuci muka dengan niat untuk membersihkan diri dari segala macam "kotoran" yang melekat dalam diri setiap individu.
Aturannya adalah para peserta laki dan perempuan harus begiliran untuk menuju mata air lingsar.
Selanjutnya, perjalanan menuju Otak Aiq (sumber mata air) dimana Ritual Nyelametan Otak Aiq dilakukan.
Tradisi tersebut bertujuan untuk mensyukuri nikmat yang Allah telah berupakan terutama berupa air serta memohon agar air tersebut tetap terpelihara serta jumlahnya bisa ditambah sehingga kebutuhan warga untuk memasak, beribadah, maupun bertani bisa terjamin.
Perjalanan ke otak Aiq tersebut menyusuri tepi kali yang melewati areal persawahan Raden dr. Soedjono, seorang perintis perjuangan di bidang kesehatan di zaman kolonial Belanda.
Perjalanan dilanjutkan menuju salah satu atraksi wisata alam yang ikonik di desa tersebut yakni Air Terjun Sarang Walet.
Untuk memasuki air terjun tersebut, para peserta membayar tiket masuk sebesar Rp. 5000,- kepada pengelola.
Agar perjalanan terasa lebih nikmat, para peserta dianjurkan untuk membuka sepatu atau sandal karena rute berjalan yang agak licin dan melewati sungai.
Untuk menuju air terjun, pengunjung harus melewati tebing yang tidak curam dan sungai yang mengalir setinggi lutut.
Lorong sungainya mirip gua sehingga perjalanan menuju air terjun terasa sangat berbeda dari air terjun lainnya yang ada di pulau Lombok.
Selama berada di Air Terjun Sarang Walet, para peserta WIKAN berpapasan bahkan berinteraksi dengan para tamu mancanegara yang mandi di sana.
Tampak beberapa guru dan siswa memberanikan diri untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk melatih keterampilan bebahasa asing, selain itu untuk mengetahui negara asal mereka serta menunjukkan keramahtamahan (hospitality) sebagai warga Lombok.
Ada juga peserta WIKAN yang mampu bercanda dengan para wisatawan tersebut.
Belajar dari interaksi tersebut, Beruga' Alam School berencana untuk mengenalkan bahasa Inggris bagi peserta WIKAN selanjutnya agar mampu berkomunikasi dalam konteks pariwisata Lombok.
Perjalanan diakhiri dengan kembali ke titik awal yakni di sekretariat LPSB Nurul Azhar.
Setelah rehat sejenak, para peserta diperbolehkan untuk pulang ketempat masing-masing.
Sebagian peserta pun ada yang kembali ke Beruga' Alam School untuk makan siang dan sholat zuhur.
Adapula peserta yang memilih pulang belakangan. Beruntungnya, para peserta WIKAN yang terakhir pulang mendapatkan suguhan makan siang berupa pelecing tahu spesial oleh pengelola LPSB Nurul Azhar.
Kaki puas berjalan, mata nikmat memandang, hati dan pikiran mendapatkan suguhan ilmu pengetahuan dan keterampilan berbahasa Inggris pun dapat terasah.
Praktik Wisata Pendidikan yang dikembangkan oleh Beruga' Alam School tidak hanya menjadi ruang belajar bahasa inggris yang asyik dan menyenangkan, namun menjadi wadah untuk pengembangan potensi dan minat para siswa agar menjadi individu yang lebih berbudi, berwawasan, terampil, mandiri dan berguna.
Saat ini Beruga’ Alam School juga menjadi tempat magang para siswa SMK di Lombok Timur untuk meningkatkan kompetensi mereka di bidang vokasi seperti animasi, peternakan, maupun literasi, komunikasi publik dan sociopreneurship.
(Ria)
0 Komentar